Get Kuliner Indonesiaku on Google Play

Rabu, 23 Mei 2012

Kuliner Jakarta : Raja Pecel Lele


Huah..huah Disengat Pecel Lele si Raja

Hampir semua orang pernah mencicipi yang namanya pecel lele. Ikan lele yang digoreng kering ini biasa disantap dengan sambal yang rasanya pedas menyengat! Pilihan lainnya ada bebek pecel bebek, pecel ayam, hingga pecel iga. Rujak kangkung yang asam-asam pedas bisa jadi pendampingnya yang mantap! Huah..huah..

Sehabis puas berbelanja kue di bakery Edelweiss yang berlokasi di Jl. Ampera Raya, mata saya menangkap sebuah spanduk besar bertuliskan 'Raja Pecel' dengan foto makanana tepat di sebelah warung konro bakar Daeng Memang. Hmm.. rasa penasaran menarik saya untuk mampir, mumpung jam makan sian belum beranjak pergi. Reso ini dihiasi oleh foto-foto makanan yang dicetak cukup besar sebagai pengganti lukisan di dindingnya.

Melihat selembaran daftar menu yang diberikan pelayan, saya jadi mengerti mengapa resto ini dinakmakan Raja Pecel. Pecel dalam bahasa Jawa bukan saja makanan yang berasal dari sayuran dan disiram sambal kacang, tapi semua makanan yang disantap bersama dengan sambal. Menu seperti pecel ayam, pecel lele, pecel bebek, pecel udang hingga pecel iga. Kalau tidak terlalu suka dengan menu pecel, soto ayam, nasi goreng, dan kwetiau goreng bisa jadi alternatif lainnya.

Saya memilih pecel lele (Rp 9.000) dan pecel bebek (Rp 14.000), serta rujak kangkung (Rp 6.000) untuk sayurnya. Pecel lele yang saya pesan berukuran sedang, lalapan seperti timun, selada, dn tomat sebagai temannya. Sambal berwarna oranye terang sedikti berminyak jadi teman bersantap yang terlihat 'galak'! Yang berbeda dari pecel lele kebanyakan, lele digoreng berbalut tepung tipis yang kres..kres.. renyah!

Meskipun berbalut tepung, tekstur ikan lele nya tetap garing renyah dan lembut di bagian dalamnya. Nasi putih yang pulen meengepul harum, cocok berpadu dengan gurihnya lele. Cocolan sambal gorengnya bikin rasanya semakin mantap. Pedasnya menggigit bikin lidah seperti terbakar! Huah..huah.. Dugaan saya, sambal ini menggunakan cabai rawit merah yang memang terkenal lebih 'garang' dari cabai rawit lainnya.

Berbeda dengan pecel lele, pecel bebek disajikan dalam wadah piring tanah liat yang sudah dialasi kertas nasi dan lalapan daun selada. Potongan bebeknya kecil digoreng kering. Sambalnya saya sengaja memesan sambal hijau agar sedikit berbeda dengan pecel lele. Ketika saya belah, daging bebekny sedikit keras. Sepertinya hal ini dikarenakan daging bebek digoreng terlalu kering.

Sehingga bukan renyah enak, tetapi justru agak sedikit keras. Padahal untuk rasa, daging bebek ini terbilang gurih enak. Bumbunya meresap hingga ke bagian dalam. Ukurannya yang kecil dan proses menggorengnya yang terlalu lama membuat daging bebek jadi terlalu kering. Sambal hijaunya tidak segarang si sambal merah. Sambal merahnya terasa bawang putihnya, sedangkan si sambal hijau tidak terlalu kuat rasanya. Kedua sambal tersebut sama jenisnya, yaitu sambal goreng.

O ya, hampir saja saya lupa dengan rujak kangkung pesanan saya. Sepiring kangkung rebus disiram dengan saus berwarna cokelat kehitaman. Meskipun namanya rujak kangkung, tapi bumbunya tidak mirip dengan bumbu rujak yang sedikit kental. Bumbunya agak encer, apalagi setelah diaduk dengan sayuran. Sedangkan rasanya dominan pedas dan asam, segar!

Hmm.. makan siang yang lumayan murah meriah dan mengenyangkan siang ini. Kalau isi kantong sedang menipis, rumah makan ini bisa jadi pelarian nih!

Raja Pecel
Jl. Ampera Raya No.17i (Depan SMU Sumbangsih & Snapy)
Telp: 021-7884620
Buka: 07.00 - 23.00
Delivery: 021-71106692

Sumber : food.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar